Selasa, 25 Januari 2011

Ingatlah.. kiamat itu akan tiba

(Maka) pada hari itu, berkatalah manusia (yang ingkarkan hari kiamat): “Ke manakah hendak melarikan diri?”[10] Tak usahlah bertanya demikian! Tidak ada lagi tempat perlindungan![11] Pada hari itu, kepada Tuhanmu lah sahaja terserahnya ketetapan segala perkara.[12] Pada hari itu, manusia diberitahu akan apa yang ia telah lakukan, dan apa yang ia telah tinggalkan.[13] Bahkan manusia itu, (anggotanya) menjadi saksi terhadap dirinya sendiri,[14] Walaupun ia memberikan alasan-alasannya (untuk membela diri)[15]. {Al-Qiamat: ayat 10-15}

Rabu, 19 Januari 2011

orang-orang yang didoakan para malaikat


antara orang-orang yang didoakan para malaikat :
1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci”.
(Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)
2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu solat.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu solat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia’”
(Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Muslim no. 469)
3. Orang – orang yang berada di shaf barisan depan di dalam solat berjamaah.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang – orang) yang berada pada shaf – shaf terdepan”
(Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra’ bin ‘Azib ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)
4. Orang – orang yang menyambung shaf pada sholat berjamaah (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf).
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang – orang yang menyambung shaf – shaf”
(Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)
5. Para malaikat mengucapkan ‘Amin’ ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah.
Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang Imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu”.
(Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 782)
6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan solat.
Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan solat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, ‘Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia”
(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)
7. Orang – orang yang melakukan solat subuh dan ‘asar secara berjama’ah.
Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat berkumpul pada saat solat subuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga subuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu solat ‘asar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga solat ‘asar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?’, mereka menjawab, ‘Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan solat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan solat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat’”
(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)
8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.
Rasulullah SAW bersabda, “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan’”
(Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda’ ra., Shahih Muslim no. 2733)
9. Orang – orang yang berinfak.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Dan lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit’”
(Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)
10. Orang yang sedang makan sahur.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang – orang yang sedang makan sahur”
(Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)
11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh”
(Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib ra., Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, “Sanadnya shahih”)
12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Rasulullah SAW bersabda, “Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain”
(Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)

kisah siti hajar

Pada saat Nabi Ibrahim membawa Hajar dan puteranya menuju mekkah, Hajar dalam keadaan menyusui Ismail. Hingga Ibrahim menempatkan keduanya di sebuah rumah, dibawah pohon besar di dekat dimana mata air zam-zam nantinya muncul. Pada saat itu, di Mekkah tidak ada seorangpun, dan tidak pula ada air. Ibrahim meletakkan keduanya di sana dan di sisi mereka geribah yang di dalamnya terdapat kurma dan bejana yang di dalamnya terdapat air.

Setelah itu, Ibrahim berangkat dan di ikuti oleh Hajar seraya berkata, “Hai Ibrahim, ke mana engkau hendak pergi ?, apakah engkau meninggalkan kami sedang di lembah ini tidak terdapat seorang manusia pun dan tidak pula makanan apapun ?”. Yang demikian di ucapkan berkali-kali, namun Ibrahim tidak menoleh sama sekali, hingga akhirnya Hajar berkata, “Apakah Allah menyuruhmu melakukan ini?”. “Ya”, jawab Ibrahim. “Kalau begitu, kami tidak di sia-siakan”.

Setelah kepergian Nabi Ibrahim, Hajar tetap menyusui Ismail dan minum dari air yang tersedia sehingga ketika air yang ada dalam bejana itu sudah habis, maka ia dan juga puteranya merasa haus. Lalu Hajar melihat puteranya sedang dalam keadaan lemas. Kemudian ia pergi dan tidak tega melihat keadaan puteranya tersebut. Maka ia mendapatkan Shafa, merupakan bukit yang paling dekat dengannya. Lalu ia berdiri di atas bukti itu dan menghadap lembah sambil melihat-lihat, adakah orang di sana, tetapi ia tidak mendapatkan seorangpun. Setelah itu, ia turun kembali dari Shafa sehingga sampai ke tengah-tengah lembah. Hajar mengangkat bagian bawah bajunya dan kemudian berusaha keras sehingga ia berhasil melewati lembah. Lalu ia mendatangi Marwah dan berdiri di sana seraya melihat-lihat adakah orang di sana, namun ia tidak mendapat seorang pun di sana. Ia lakukan hal itu sampai tujuh kali.

Setelah mendekati Marwah, ia mendengar suara yang menyerukan “Diam”. Lalu Hajar mencari suara tersebut, hingga akhirnya ia berkata; “Aku telah mendengarmu, apakah engkau dapat memberikan bantuan ?”. Ternyata sumber suara tersebut berasal dari malaikat. Lalu malaikat itu mengais-ngais tanah hingga akhirnya muncul air. Selanjutnya, Siti Hajar pun mendatangi air tersebut dan mengisi bejananya dengan air dan kemudian menemui anaknya. Lalu malaikat berkata kepadanya, “Janganlah engkau takut di sia-siakan, karena di sini akan dibangun sebuah rumah oleh anak ini bersama dengan bapaknya, dan sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan keluarga-Nya”.

Singkatnya, dengan adanya mata air zam-zam tersebut, dalam waktu yang singkat, tempat tersebut menjadi satu perkampungan yang kemudian terus membesar, sampai Mekkah saat ini, Mekkah yang didatangi oleh jutaan manusia dari berbagai penjuru dunia.

Dalam kejadian ini Rasulullah bersabda ;
“ Semoga Allah memberikan rahmat kepada ibunya Ismail, seandainya ia tidak menceduk air zam-zam, niscaya air zam-zam itu hanya menjadi sumber air yang terbatas”.

Keimanan dan ketakwaan Siti Hajar dalam kisah ini diabadikan oleh Allah menjadi salah satu rukun yang wajib dilakukan dalam ibadah haji, ia adalah sa’i.

Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam rukun sa’i dalam ibadah haji;  salah satunya adalah, dalam menikmati sebuah proses dalam kehidupan diperlukan kesabaran yang bukan berarti diam. Dengan berlarinya Hajar di antara shafa dan marwa, adalah bentuk ketakwaan yang ditunjukkan melalui satu upaya (ikhtiar) sebatas yang bisa dilakukan oleh dirinya pada sat itu.

Boleh jadi, jika kita yang dihadapkan dalam keadaan seperti itu, dalam pikiran kita, tentunya, akan sia-sia saja ia berlari kian kemari, karena pada saat itu, ia di tinggalkan di satu tempat di mana tidak ada seorangpun di sana. Artinya, kemungkinan untuk mendapatkan pertolongan, sangatlah kecil sekali apalagi untuk bertahan hidup.  Walaupun demikian, Hajar, tetap berlari kian kemari untuk mencari pertolongan.  Kejadian ini juga memberikan kesimpulan kepada kita, bahwa, Hajar sendiri tidak pernah tahu kapan dan dimana pertolongan itu akan datang. Seandainya ia tahu, pastilah ia tidak akan berlari-lari, mungkin ia akan diam saja menunggu pertolongan itu. Tetapi dalam kisah ini, ia tidak tahu kapan pertolongan itu akan datang, tetapi ia meyakini betul jika ia terus berusaha maka Allah tidak akan menyia-nyiakan hasil usaha dirinya.

Hal ini semakna dengan ayat ; “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya…”.

Bentuk ketakwaan yang bisa dilakukan oleh Siti Hajar, adalah dengan berlari-lari, tidak dengan berdo’a saja tanpa usaha lalu diam atau menangis saja meratapi nasibnya. Dan ketika ketakwaan sudah dilakukan, maka datanglah pertolongan Allah, dengan mengutus malaikatnya sebagaimana di kisahkan dalam hadits di atas.

Jalan keluar, dan rezeki yang tidak disangka-sangka adalah dua hal yang berbeda. Ada orang yang bisa mendapatkan jalan keluar dari satu masalah, tetapi tidak disertai dengan rezeki, atau ada juga orang yang diberi rezeki tetapi tidak diberi juga jalan keluar dari masalah yang di hadapi. Tetapi dalam ayat ini, keduanya didapatkan sekaligus, jalan keluar dari permasalahan, dan rezeki yang tidak disangka-sangka.

Demikianlah pertolongan Allah, pertolongan Allah bagi orang-orang yang bertakwa, dan manusia pilihan yang dijadikannya sebagai contoh bagi seluruh ummat manusia Allah pilih dari kaum wanita…
Wallahu’alam.

Assalamualaikum

hello